April 11, 2011

Be Real


Saya masih ingat dulu ketika dengan beberapa teman pergi maen ke rumah teman. Sangat senang sekali bisa punya kesempatan untuk becanda bareng, saling cerita dan berbagi. Akhirnya kami pun tiba dirumahnya, setelah sekian lama perjalanan yang kita tempuh. Bersama orang tuanya juga kami langsung diajak makan, tetapi kami serempak mengatakan kalo kami masih kenyang, tapi karena diajak terus mau ga mau kita makan juga. Dan ketika kami selesai makan terlihat jelas tadinya makanan sangat banyak tiba-tiba tinggal sedikit, tertenyata sebenarnya kami belum makan, karena ga enakan jadi harus berbohong dulu. Untung saja orang tua teman saya ini mengerti, jadi kita terus dipaksanya untuk makan.
Kita bisa lihat ya, hal yang sangat simpel tapi terkadang hal ini yang membuat kita jadi terbiasa untuk tidak berkata apa adanya. Kompromi dengan rasa tidak enakan tidak selalu menjadi hal yang benar, seperti contoh yang di atas tadi, apa susahnya sih bilang jujur dan langsung merespon apa yang orang lain katakan dengan kondisi yang kita alami sebenarnya? Rasa malu juga mungkin yang sering kita rasakan, nanti ketika saya jujur orang lain akan menganggap rendah. Saya kan ketua kelas, gimana dong kalo mereka tahu aku seperti itu? Saya kan Manajer, gimana kalo anak buah saya tahu aku seperti itu? Saya kan orang yang rohani, masih harus terbuka dengan dosa-dosa saya? Saya lebih tua, masa harus terbuka sama dia yang beberapa tahun lebih muda? Saya kan worship leader, gimana dong kalo mereka tahu keburukan saya? Saya kan,... saya kan,... saya kan,........
Pertanyaan seperti inilah yang terkadang indentik dengan hati kita yang sulit untuk berkata apa adanya, terlalu banyak memikirkan diri sendiri. Terlalu takut tentang pandangan orang lain yang akan berubah jika kita berkata jujur, takut dijauhi oleh teman-teman, takut tidak di respect oleh bawahan, takut orang lain berpikir negatif. Alasan yang sebenarnya terpusat pada diri sendiri. Tapi ketika mencoba berbicara apa adanya, maka orang lain pun akan tahu bagaimana cara menolong/membantu kita. Mari kita lihat satu contoh orang yang berbicara apa adanya, 1 Samuel 15:11 "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku. Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada TUHAN semalam-malaman". Itulah adalah ungkapan hati Yesus ketika raja Saul tidak lagi taat kepada-Nya. Suatu perasaan sakit hati yang Dia ungkapkan kepada Samuel. Sekarang coba lihat diri kita, apakah kita sudah seperti Yesus? Mengungkapkan isi hati kita apa adanya, sakit hati, kecewa, marah, benci, atau pun hal-hal yang membuat kita senang?
Saya masih ingat jugs, dulu ketika beribadah dengan teman-teman di kampus dan sebelum ibadah pasti akan ditanyakan "Apa kabar teman-teman,..?" dan dengan serempak kami menjawab "Luar Biasa". Pada hal saat itu saya lagi tidak semangat, lagi malas. Apakah ini benar? Inilah yang saya mau terus belajar, ya kalo memang kabar lagi tidak baik ya berkatalah apa adanya jangan kita berbohong. Karena Tuhan tahu isi hati kita. Sekecil apapun hal yang kita lakukan, namanya dosa tetaplah dosa.
Hari ini mari kita punya hati untuk benar-benar menjadi apa adanya kita, berkata jujur tentang hati kita dan kamu akan rasakan nikmatnya ketika kamu menjadi orang yang real !

Tuhan Yesus Memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar