Juni 09, 2011

LONG DISTANCE RELATIONSHIP !


Aku hanya pergi tuk sementara bukan tuk meninggalkanmu selamanya, kupastikan kembali pada dirimu tapi kau jangan nakal, aku pasti kembali....
Kalo kita hanya baca sekilas kalimat diatas mungkin tidak terlalu berkesan, tapi coba kita nyanyikan. hmmm, keliatannya udah ada yang tahu ya? Ya, kalimat diatas merupakan penggalan dari lagu yang dinyanyikan oleh Pasto. Sangat identik dengan kehidupan asmara dua sejoli yang harus berpisah untuk sementara waktu. Memang sih tidak dijelaskan mereka harus berpisah karena apa, mungkin saja pekerjaan, kuliah, urusan pribadi, kerja praktek dan lain-lain. Kalo mendengar kata “berpisah”, apa kira-kira yang ada dalam pikiran kita? Ditinggalkan, kesepian, khawatir, takut, hubungan akan terganggu, tidak punya banyak waktu untuk bersama, atau putus asa. Lebih tepatnya kita tanyakan kepada mereka yang menjalani LDR (Long Distance Reletionship) :D
Perasaan yang sama juga dirasakan oleh Petrus. Seseorang yang selalu bersama setiap hari, menginjil bersama-sama, makan bersama, ketawa bersama, menyembuhkan orang bersama dan seketika harus berpisah. Kalo di buku Yohanes 13:36-38 “... Tuhan, kemanakah Engkau akan pergi? Jawab Yesus : Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku. Kata Petrus kepada-Nya : Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu! Jawab Yesus : Nyawamu akan kau berikan bagi-Ku? Sesunguhnya aku berkata kepadamu : Sebelum ayam berkokok engkau telah menyangkal Aku tiga kali”. Mungkin perdebatan seperti ini yang kita hadapi ketika harus berpisah dengan orang yang kita kasihi.
Kenapa sih kamu harus pergi?
Kamu rela ninggalin aku?
Kamu ga sayang ya sama aku?
Mungkin saja akan terjadi seperti itu. LDR membuat seseorang akan selalu rindu untuk bisa terus berkomunikasi, bahkan harus menghabiskan banyak pulsa pun tidak menjadi masalah asalkan bisa mendengar suaranya. Rasa kangen, rindu membuat kita mau melakukan apapun. Jika tidak ada kabar dari dia sehari, seperti mau mati rasanya! Apakah perasaan yang sama pernah juga kita rasakan ketika menyadari bahwa Yesus pergi untuk menyediakan tempat bagi kita? Rasa kangen kepada pacar apakah sama juga dengan rasa kangen kita untuk selalu dekat dengan-Nya? Rasa rindu untuk berbicara dengan pacar apakah sama juga dengan rasa rindu kita berbicara dengan Tuhan?
Bagaimana jika tidak berdoa?Bagaimana jika tidak saat teduh hari ini? Jika ini hanya hal yang biasa-biasa saja, kita perlu perlu cek hati kita. Sadar atau pun tidak kita menjalin LDR dengan Tuhan. Jika kita mengetahui bahwa kekasih kita pergi menyediakan tempat buat kita, apakah kita hanya terus berdiam?Tidak berkomunikasi dengan dia? Dia menyediakan waktu bagi kita untuk menghubungi Dia. Dia menunggu 24 jam, tapi kita hanya menghabiskan waktu untuk kebutuhan sendiri, menjadi egois! Dia menunggu kita hari ini. Dia akan datang kembali. Sudahkah saudara berbicara dengan-Nya hari ini?